ED02. PERSIAPAN AWAL

Sedulur….
Sebelum terjun langsung praktik,   memang diperlukan persiapan alat-alat dan bahan yang  dipergunakan sebagai “amnunisi”. Untuk bahah-bahan dapat diambil dari  “gudang” ataupun  beli  sesuai kebutuhan praktik. Karena Dunia digital mengenal  logic 0 dan 1 (rendah/ tinggi ; hidup/ mati ==> 0 tegangan 0 volt dan 1 tegangan  vcc (5 volt) untuk TTL)  maka dapat diwakili  dengan lampu LED yang  akan  menyala jika posisi “1” dan mati pada posisi “0”. Sedangkan  alat  yang  umum dipakai adalah  multi tester (multimeter) sering  disebut AVO (ampere, volt dan  Ohm) yang  sejatinya memang  bisa dapat mengukur lebih  dari  AVO,  seperti hfe, frekuensi, capasitansi dan lain sebagainya yang  berupa analog dan digital (tampilannya).
Selain  multimeter yang  tidak  kalah penting  adalah  penghasil tegangan (adaptor, accu, bateray, panel surya dan lain sebagainya). Dalam praktek ini  digunakan adaptor / mungkin  bisa saat tertentu accu juga digunakan. Untuk peralatan seperti solder, t-nol dan seperangkatnya adalah  merupakan peralatan  “wajib”.
Berikut “amunisi” yang dipunyai dan digunakan dalam praktek.

IMG_2758

Solder dan perlengkapannya

IMG_2754

Multi tester (analog & digital)

IMG_2756

Adaptor sederhana (variabel)

Oh ya selain  itu juga kamera untuk mengambil gambar (kamera pocket dan  juga camera HP).
Salam….

PRAKTEK MEMBUAT CAMILAN WINGKO (Part 2)

Sedulur……
Melanjutkan  judul artikel PRAKTEK MEMBUAT  CAMILAN  WINGKO (Part 1), kini penulis meneruskan  dengan  judul  PRAKTEK MEMBUAT  CAMILAN  WINGKO (Part 2).
Setelah  langkah-langkah dapat terlaksana dengan  baik yakni : Pertama persiapan bahan, Kedua mixing  bahan-bahan jadi  adonan, Ketiga mengkukus adonan, Keempat Pendinginan dan pemeraman, sekarang tibalah  saatnya membentuk menjadi wingko.
(Sebelumnya  memang  acara praktek ini  dilakukan secara dadakan,  Sabtu sore ba’da Isya dimulailah persiapan  bahan-bahannya, hingga pukul  22.00 WIB baru selesai  proses pengukusan  adonan.  Untuk  langkah yang  kelima adalah  proses pembentukan  adonan menjadi wingko kecil  dan penggorengan. Karena alat / loyang  penggorengan belum didapat (dipunyai), sehingga paginya (Minggu pagi) berangkatlah ke toko  swalayan di kota Jogja untuk  membeli tempat penggorengan.  Siangnya ba’da Dluhur, dimulailah proses yang  kelima ini.)

IMG_20140824_103351

Memilih loyang penggorengan

IMG_20140824_110415
Kompor baru pengganti kompor lama

Proses ini  dimulai  dengan  mengambil  sebagian  (dicuil kecil) pada adonan yang  sudah  diperamkan. Hasil cuilan dibentuk  menjadi bulatan  wingko sebesar bola bekel.  Selanjutnya bulatan wingko di masukkan ke loyang  penggorengan dengan sedikit ditekan dengan  alat masak “sotil”, sehingga akan menjadikan bentuk wingko “gepeng”.
Penggorengan  dilakukan dengan  menggunakan  api yang  sedang saja, supaya tidak mudah gosong, sehingga hasil penampakan wingko bagus (sempurna), dan tercipta selera untuk memakannya. Proses ini  juga harus dibalik untuk  mendapatkan dua sisi yang  sama warnanya.

IMG_2748

Proses penggorengan diatas loyang  

Keenam Proses pendinginan dan mengemasan.
Setelah  matang  dalam penggorengan, wingko ditempatkan  pada alat “tampah” tempat yang terbuat dari  anyaman  bambu dengan permukaan  yang  luas, sehingga mempermudah proses pendinginannya.

IMG_2752

Pendinginan di “tampah”

Setelah dingin  wingko di kemas dengan kertas minyak, dan ditata untuk  siap disajikan / disimpan ( dalam suhu kamar).

IMG_2753

Pengemasan sementara (kertas minyak belum ready)

Dari uji (hasil praktek pertama ini)  yang diberikan kepada beberapa orang, di dapatkan  data-data:
1. Kedua ortu penulis untuk mencobanya dan  menyatakan sudah “bagus”  dengan  kelembekannya cukup, hasil penggorengan yang  kering, tapi rasa  ketan  masih agak menonjol ( terasa).
2. Teman-teman kantor menyatakan  bahwa hasilnya sudah “enak“  bentuk dan rasanya seperti  wingko yang  populer.
3. Anak-anak  yang  ditemui, menyatakan  “enak” (diberi satu masih kurang)
Dengan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa praktek berhasil dengan baik “Alhamdulillahirobil’alamin“.
Dan tingkat ketahanan (lama simpan) setelah  6 hari masih  terasa “enak“ rasa tidak berubah.
Ini ceritaku………… !!! mana ceritamu………. ???
Tetap berkonsentrasi berkendaraan & keep safety.
Salam……….