Sedulur……
Melanjutkan judul artikel PRAKTEK MEMBUAT CAMILAN WINGKO (Part 1), kini penulis meneruskan dengan judul PRAKTEK MEMBUAT CAMILAN WINGKO (Part 2).
Setelah langkah-langkah dapat terlaksana dengan baik yakni : Pertama persiapan bahan, Kedua mixing bahan-bahan jadi adonan, Ketiga mengkukus adonan, Keempat Pendinginan dan pemeraman, sekarang tibalah saatnya membentuk menjadi wingko.
(Sebelumnya memang acara praktek ini dilakukan secara dadakan, Sabtu sore ba’da Isya dimulailah persiapan bahan-bahannya, hingga pukul 22.00 WIB baru selesai proses pengukusan adonan. Untuk langkah yang kelima adalah proses pembentukan adonan menjadi wingko kecil dan penggorengan. Karena alat / loyang penggorengan belum didapat (dipunyai), sehingga paginya (Minggu pagi) berangkatlah ke toko swalayan di kota Jogja untuk membeli tempat penggorengan. Siangnya ba’da Dluhur, dimulailah proses yang kelima ini.)
Memilih loyang penggorengan
Kompor baru pengganti kompor lama
Proses ini dimulai dengan mengambil sebagian (dicuil kecil) pada adonan yang sudah diperamkan. Hasil cuilan dibentuk menjadi bulatan wingko sebesar bola bekel. Selanjutnya bulatan wingko di masukkan ke loyang penggorengan dengan sedikit ditekan dengan alat masak “sotil”, sehingga akan menjadikan bentuk wingko “gepeng”.
Penggorengan dilakukan dengan menggunakan api yang sedang saja, supaya tidak mudah gosong, sehingga hasil penampakan wingko bagus (sempurna), dan tercipta selera untuk memakannya. Proses ini juga harus dibalik untuk mendapatkan dua sisi yang sama warnanya.
Proses penggorengan diatas loyang
Keenam Proses pendinginan dan mengemasan.
Setelah matang dalam penggorengan, wingko ditempatkan pada alat “tampah” tempat yang terbuat dari anyaman bambu dengan permukaan yang luas, sehingga mempermudah proses pendinginannya.
Pendinginan di “tampah”
Setelah dingin wingko di kemas dengan kertas minyak, dan ditata untuk siap disajikan / disimpan ( dalam suhu kamar).
Pengemasan sementara (kertas minyak belum ready)
Dari uji (hasil praktek pertama ini) yang diberikan kepada beberapa orang, di dapatkan data-data:
1. Kedua ortu penulis untuk mencobanya dan menyatakan sudah “bagus” dengan kelembekannya cukup, hasil penggorengan yang kering, tapi rasa ketan masih agak menonjol ( terasa).
2. Teman-teman kantor menyatakan bahwa hasilnya sudah “enak“ bentuk dan rasanya seperti wingko yang populer.
3. Anak-anak yang ditemui, menyatakan “enak” (diberi satu masih kurang)
Dengan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa praktek berhasil dengan baik “Alhamdulillahirobil’alamin“.
Dan tingkat ketahanan (lama simpan) setelah 6 hari masih terasa “enak“ rasa tidak berubah.
Ini ceritaku………… !!! mana ceritamu………. ???
Tetap berkonsentrasi berkendaraan & keep safety.
Salam……….